Pengenalan Video Production, Mekanisme Kerja, Dunia Sinema

Kini eranya multimedia dan digital. Perubahan format analog ke digital telah merambah ke semua alat elektronik, mulai dari kamera, televisi, handphone, dan lain sebagainya. Digitalisasi dirasa lebih sederhana dan praktis, baik dari segi pengoperasian maupun dokumentasi.

Dokumentasi even-even khusus tentunya akan berkesan manakala dibuka kembali 5 atau mungkin 10 tahun mendatang. Pendokumentasian dapat dilakukan sendiri atau melibatkan pihak lain, dapat dalam bentuk foto-foto ataupun video. Kalaupun ingin ditangani sendiri, peralatan yang diperlukan juga telah tersebar luas seperti kamera digital saku. Atau jika Anda ingin merekam video, telah ada handycam dengan bentuk kecil, fitur lengkap, dan harga yang cukup terjangkau. Bahkan Anda tak perlu susah mengoperasikannya karena deuice-deuiCe tersebut telah “pintar”.

Jika Anda ingin menggunakan jasa studio foto atau video shoting, saat ini pun dapat dengan mudah Anda jumpai di banyak tempat. Mereka siap menawarkan jasa pendokumentasian even-even penting Anda, dan untuk jangka waktu satu atau dua hari Anda telah dapat melihat hasilnya. Cepat dan praktis bukan? Anda tinggal memainkannya pada VCD/DVD player atau komputer.

Mekanisme Kerja Video Production

Video Production adalah usaha produksi di bidang multimedia yang khusus menangani kebutuhan pemrosesan video. Macamnya banyak sekali, dapat dalam bentuk transfer video, editing video, dokumentasi even, company profile, pembuatan iklan, atau film pendek, dan lain sebagainya. Usaha ini masih dekat dengan bentuk usaha production house (PH) atau rumah produksi yang lebih profesional dalam menghasilkan produk-produknya. Juga hampir sama dengan editing video yang jauh lebih simple, karena editing video itu cukup mengedit video saja.

Usaha video production ini dapat dikatakan berada di tengah-tengah antara usaha editing video dan PH. Karena dalam video production tidak cukup mengedit video saja, tapi juga melakukan pengambilan gambar atau shooting. Bahkan jika mampu, sekaligus membuat script atau naskah sekenario suatu film, iklan, lalu menyutradarai pengambilan gambarnya. Melihat kondisi kerja yang demikian, dapat jadi jika personel-personel yang dimiliki telah mumpuni dan profesional. Usaha video production ini dapat berkembang dan menjelma menjadi PH yang besar dengan jumlah karyawan yang banyak.

Gambar berikut ini memperlihatkan alur proses kerja video production secara umum. 


Video production dapat menjadi salah satu alternatif peluang usaha sendiri atau berwiraswasta yang memiliki prospek cukup bagus. Tidak butuh modal besar, minimal dengan Rp 10 juta Anda sudah dapat menjalankan usaha multimedia ini. Jumlah kru yang dibutuhkan pun tidak perlu banyak-banyak, paling tidak 2 orang. Bahkan dilakukan sendiri pun bisa, asalkan memiliki kemampuan dalam mengoperasikan kamera atau handycam sekaligus mengeditnya.

Bisnis kecil-kecilan ini dapat dikerjakan di rumah sendiri dengan memanfaatkan ruang yang ada atau ruang khusus. Cukup dengan luas 3x3 m2, ruang tersebut dapat Anda jadikan tempat kerja sehari-hari.

Perkembangan Video Production
Perkembangan video production berbasis audio visual ini dapat dilihat dari berbagai perkembangan format output yang telah dihasilkan antara lain film, sinetron, infotainment, reality show, video klip, iklan, dan lain sebagainya.

Perjalanan Dunia Sinema
Dunia video mulai bangkit pada awal abad 20 ketika industri perfilman mulai berkembang menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Saat itu belum dikenal istilah video editor, yang ada baru istilah “tukang gunting dan sambung" pita roli film karena pada saat itu film-film menggunakan pita dan digulung memakai roli. Sehingga proses menjadi satu kesatuan film masih dilakukan dengan cara dipotong sana sini, dan disambung sana sini.

Tahun 1930-an, industri sinema di Indonesia mulai tumbuh subur di kawasan perkotaan. Peran video editor telah diterapkan di antaranya dalam pemotongan tertentu film yang dinilai mengandung unsur bertentangan dengan etika.

Kemudian pada tahun 1960-an perkembangan teknologi industri kian maju dan dunia pertelevisian maupun sinematik mengubah fungsi video editor tidak hanya menjadi “tukang gunting dan sambung” pita rol film. Pada pertengahan tahun 1970-an nama “Video Editor” mulai dikenal luas seiring perkembangan perangkat video. Teknik dan kualitas yang dihasilkan juga semakin berkembang seiring perkembangan teknologi perangkat elektronika record-play, seperti video, laser disc, VCD, dan DVD yang mulai menjadi konsumsi publik. Bahkan kini para video editor telah menjadi individu yang mampu menggabungkan unsur estetika dan etika, memiliki daya seni dan imajinasi yang tinggi.

Jika dulu untuk menonton film Anda harus datang ke gedung bioskop, sekarang Anda dapat menikmati sendiri film-film yang Anda disukai melalui pesawat televisi, komputer, atau bahkan notebook. Masyarakat kini kian dimanjakan dalam menikmati hasil karya para video editor tersebut.

Sinetron
Industri pertelevisian di Indonesia mulai marak dengan hadirnya televisi-televisi swasta nasional pada tahun 1990-an. Olahan para video editor ini dapat Anda nikmati tiap hari, bahkan tiap jam. Selain memutar film-film bioskop, televisi sendiri juga menayangkan acara film seri atau yang lebih dikenal dengan nama sinetron. Jenis dan tema sinetron saat ini telah lebih berkembang di antaranya religi, mistik, cinta, keluarga, legenda, dan lain sebagainya. Ada juga sinetron yang mengadopsi cerita dari film layar lebar.
PH-PH yang memproduksi sinetron tersebut banyak yang mulai berlomba untuk menyajikan cerita sinetron yang benar-benar sesuai dengan selera masyarakat. Sebuah PH yang besar dapat membuat sinetron beberapa judul sekaligus dan ditayangkan di stasiun televisi berbeda.

Meski kejar tayang, pengeditan sinetron akan lebih mudah bila telah punya style-style yang rutin dipakai dalam setiap episode. Style-style tersebut antara lain dapat berupa style title, transisi, lighting, effect, dan lain sebagainya. Dengan style-style tersebut, proses editing dapat dikerjakan dalam waktu yang lebih singkat. Apalagi jika memiliki alat switcher; video editing tidak perlu susah dalam proses mengeditnya karena tinggal memotong bagian yang telah diberi tanda perintah “cut” pada adegan yang tidak digunakan.

Infotainment

Selain sinetron, tayangan infotainment yang banyak muncul di televisi juga merupakan salah satu hasil sentuhan video editing. Jika PH memiliki modal besar, dapat dibuat beberapa tim untuk memproduksi lebih dari satu acara infotainment dan menjualnya ke beberapa stasiun televisi yang berbeda. Tak heran jika kadang ditemui acara infotainment di satu stasiun televisi hampir sama dengan stasiun televisi lain, meski nama acara dan pembawa acaranya berbeda. Kesamaan dapat dilihat dari isi informasi yang disampaikan, gambar video, maupun sudut atau angle berita.

Video editing dapat mengolah informasi visual menjadi lebih dramatis, dengan pengulangan gambar-gambar yang sama atau penerapan efek-efek tertentu. Sentuhan video editing ini tentunya dilakukan untuk menarik perhatian pemirsa sehingga dapat menghasilkan rating yang tinggi.

Efek-efek yang sering digunakan untuk memberi kesan dramatis di antaranya gerak lambat, gerak cepat, cropping, pencahayaan, zooming, black and white. (Jntuk mengolahnya, seorang video editor tentunya harus memiliki jiwa seni dan imajinasi yang tinggi. Bila tidak, acara infotainment tidak ada bedanya dengan acara berita biasa.

Reality Show

Keterbukaan dan kebebasan saat ini telah benar-benar menjadi hal yang biasa. Rahasia seseorang telah hampir tidak ada tempatnya. Entah di jalanan, rumah, mall, di sekolah, atau tempat umum lainnya, ekspresi wajah yang menampakkan kelucuan, rasa haru, empati, kaget, dan berbagai ekspresi psikologis seseorang rupanya telah dieksplorasi dan menjadi konsumsi publik. PH-PH berlomba-lomba mengambil momen ini untuk memproduksi beragam program televisi bertema reality shoiv.

Prospek Usaha Video Production

Tak dapat dipungkiri, berkembangnya industri pertelevisian nasional maupun lokal berdampak pada pertumbuhan industri hiburan, misalnya pencarian bakat seperti audisi vokal, komedi, dan lain sebagainya.

Dari bisnis tersebut kemudian berkembang hingga ke dunia industri video editing, seperti production house, periklanan, animator, euent organizer, promotor dan lainnya. Adanya semangat berkompetisi secara profesional telah meningkatkan daya kreasi dan inovasi di bidang penyajian materi media visual. Seiring dengan otonomi daerah, berdirinya stasiun televisi lokal memberi nafas segar untuk PH-PH untuk berlomba memproduksi acara lokal dan menjualnya ke stasiun televisi. PH-PH lokal dapat membuat tema program yang telah ada pada televisi nasional dengan kemasan tayangan khas lokal, tentunya dengan dukungan potensi daerahnya masing-masing. Hal ini jelas akan membuka peluang kerja yang luas sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di daerah. Selain itu juga tentunya akan membutuhkan banyak tenaga ahli terutama di bidang video editing.

Kalaupun tidak berkarya dalam PH atau televisi lokal, seorang video editor professional masih akan selalu dibutuhkan untuk berbagai keperluan pembuatan dan pengolahan video. Bahkan ada kecenderungan terus bertambah baik jenis maupun kuantitasnya. Dengan menawarkan harga yang terjangkau, bisnis video production akan semakin memasyarakat. Apalagi bila didukung peningkatan kualitas baik dari teknologi peralatan pendukung maupun kreatifitas pembuat.


Company Profile
Sebuah perusahaan, dalam berinteraksi dengan klien tentunya dituntut untuk mampu membangun citra diri yang sesuai sehingga dapat menarik simpati klien. Keberhasilan memperkenalkan diri (public relation) merupakan pintu awal dari kesuksesan selanjutnya. Untuk kebutuhan tersebut sekaligus sarana promosi, perusahaan membutuhkan sebuah sarana yang dipakai sebagai company profile (profil perusahaan). Sarana ini dapat berupa file presentasi, media kertas, atau video dengan sajian informasi yang lengkap, padat, menarik, dan jelas.

Company profile yang dibuat dalam format video dapat berfungsi sebagai bahan perkenalan, presentasi, maupun display pameran. Lewat media tersebut, klien dan masyarakat umum dapat memperoleh gambaran umum tentang perusahaan atau produk yang ditawarkan.
Video Laporan Perkembangan

Instansi pemerintah, perusahaan, sekolah, LSM, atau lembaga lainnya kadang diharuskan untuk menyampaikan perkembangan produktivitas kerja atau proses secara periodik kepada publik. (Jntuk keperluan tersebut dapat digunakan annual report yang tidak saja dalam format cetak, tetapi biasa dilengkapi dengan video.
Video Biografi

Produk ini paling sering digunakan untuk mendukung peluncuran buku biografi atau kampanye politik seorang calon pemimpin. Apalagi sekarang banyak daerah yang melakukan pemilihan kepala daerah secara langsung sehingga perlu video biografi untuk menarik simpati massa. Video biografi juga dapat digunakan dalam acara ulang tahun pernikahan atau perkenalan pimpinan baru, politikus, atau budayawan.

Video Instruksional Bisnis dan Edukasi

Suatu perusahaan atau lembaga pendidikan tentunya sangat berkepentingan dalam memberikan pelatihan atau maupun materi ajar kepada pegawai atau siswa. Materi ajar atau instruksi suatu pekerjaan akan lebih mudah dan cepat dipelajari jika disajikan dalam bentuk video. Selain untuk bentuk video instruksional akan membantu penyampai materi dalam menjelaskan suatu strategi, proses kerja, petunjuk teknis, atau sebagai bahan pendukung modul pelatihan yang bersifat massal.

Video Presentasi
Presentasi merupakan salah satu aktivitas untuk menyampaikan suatu materi di depan banyak orang. Presentasi digunakan misalnya untuk memperkenalkan produk baru, menawarkan peluang usaha kepada investor, melaporkan perkembangan perusahaan, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan fungsi sebelumnya, penyampaian presentasi dengan media video akan lebih hidup, lebih professional, lebih mudah dimengerti dan lebih menarik serta memberi nilai tambah untuk Anda.

Iklan Layanan Masyarakat

Saat ini, iklan merupakan sarana wajib untuk sebuah lembaga profit maupun non-profit misalnya instansi pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Dunia CIsaha, untuk penyampaian suatu informasi. Gntuk lembaga profit, iklan pada umumnya digunakan untuk menawarkan suatu produk atau jasa. Sedangkan untuk lembaga non-profit, beriklan dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan lembaga tersebut, visi, misi dan program yang diembannya. Iklan layanan masyarakat ini biasanya memiliki rentang durasi antara 30 hingga 60 detik.
Prospek Lain

Prospek lain yang dapat dijadikan peluang usaha video production ini antara lain:

  • Web design, dapat memberi sentuhan khusus sekaligus nilai tambah untuk pembuatan web.
  • Proyek-proyek yang membutuhkan pemetaan wilayah atau visualisasi suatu area untuk tim survei.
  • Dan banyak prospek lain yang berhubungan dengan penyampaian informasi media visual.

Dokumentasi Acara

Dokumentasi suatu acara dapat disiarkan secara langsung atau melalui video proyektor dan monitor televisi, atau dapat juga ditransfer ke bentuk VCD/DVD. Dokumentasi acara dapat menggunakan satu kamera atau lebih (multikamera).

Beberapa acara yang dapat dijadikan proyek paket dokumentasi antara lain sebagai berikut:

  • Acara pernikahan. Dokumentasi dapat terdiri dari rangkaian acara mulai dari acara lamaran, upacara adat, video prawedding, sampai resepsi pernikahan.
  • HGT/kegiatan perusahaan. Dokumentasi acara-acara perusahaan dapat pula diolah untuk bahan presentasi, company profile, kebutuhan laporan evaluasi, dan lain sebagainya.
  • Seminar, lokakarya, konferensi, atau rapat kerja. Dokumentasi acara semacam ini perlu ditangani dengan baik agar dapat dihasilkan arsip video yang berguna untuk semua pihak yang berkepentingan (panitia, lembaga, pihak sponsor, dan lain-lain).
  • Peluncuran buku/produk/peresmian. Selain menyajikan profil produk, jasa, atau biografi tokoh, acara peluncuran buku atau produk tersebut juga perlu diliput sebagai dokumentasi acara.
  • Pertunjukan seni atau olahraga. Biasanya pertunjukan kese-nian (teater, musik maupun tari) ataupun pembukaan, perlombaan ataupun penutupan olah raga selalu diliput secara LIVE.

Pertunjukan Kesenian/OIahraga

Adalah telah menjadi keharusan di setiap pertunjukan kesenian, (teater, musik maupun tari) ataupun pembukaan, perlombaan ataupun penutupan olah raga selalu diliput secara LIVE.
Readmore → Pengenalan Video Production, Mekanisme Kerja, Dunia Sinema

Pengertian Video, Format Program Video, Unsur-Unsur Video, Animasi, Ilustrasi, Tipografi

Pengertian Video

Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik yang mewakilkan gambar bergerak 
Video adalah rangkaian banyak frame gambar yang diputar dengan cepat. Masing-masing frame merupakan rekaman dari tahap-tahapan dari suatu gerakan. Mata manusia tidak dapat menangkap jeda antar frame yang diputar dengan kecepatan tinggi, karena rata-rata kecepatan diatas 20 frame per detik. 


Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak atau rangkaian banyak frame gambar yang diputar dengan cepat. 

Pengertian Video

Format Program Video

Ada beberapa bentuk format program video dalam penulisan naskah program video yang ditulis oleh Sungkono (1997 : 3 ), antara lain : 


1. Dokumenter

Dokumenter merupakan satu bentuk produk audio-visual yang menceritakan suatu fenomena keseharian. 

Drama

Drama merupakan sebuah ceritera/kisah yang dramatis dalam arti menampilkan reaksi orang-orang apabila dihadapkan kepada suatu konflik. Konflik dapat terjadi antara orang dengan orang; seorang dengan banyak orang; dua pendapat yang berbeda, dan seorang dengan kata hatinya sendiri..

2. Formal

Formal penyajian yang dilakukan presenter dengan diselingi visualisasi yang mendukung.

3. Majalah

Program ini mirip dengan feature, hanya saja pada majalah tidak hanya membahas satu pokok permasalahan tetapi membahas satu bidang kehidupan.

4.  Feature

Feature adalah suatu program yang mengkaji suatu tema/pokok bahasan melalui berbagai pandangan yang saling melengkapi, menyoroti, mengurai, dan disajikan dengan berbagai format, seperti wawancara, sandiwara, dan lain-lain.

5.  Quiz

Quiz merupakan semacam permainan yang biasanya bersifat kompetisi. Ini berguna sekali untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, melalui cara yang menyenangkan. Bentuk program ini sangat baik untuk mendalami materi yang telah dipelajari. 

Unsur - unsur video

1. Suara (Audio) 

Audio adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda, getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara continue terhadap waktu.

Jenis format file suara (audio)

Pengertian format file audio menurut Binanto (2010 : 56), adalah sebuah format container untuk menyimpan data audio di kornputer
  • MP3 (MGE4 Audio Layer 3) yaitu format audio yaog paling dikenal oleh pengguna ponsel. Sebuah file MP3 yang mempunyai bitrates dari yang paling rendah yaitu 32 kbits/detik sampai ukuran 320 kbits/detik.
  • AMR (Adaptive Multi Rate) yaitu jenis audio codec yang sudah terkornpresi. Hasil rekamao pada ponsel biasanya berformat AMR. Kualitas suara yang dihasilkan kurang bagus namun dapat dikonversi menjadi format MP3.
  • WAY (Waveform Audio Format) merupakan salah satu format audio yang dipergunakan di dalam ponsel. Standar format audio ini dikembangkan oleh Microsoft dan IBM. File dalam format ini biasanya berukuran besar karena tidak dik:ornpresi.
  • AAC (Advanced Audio Coding). Kualitas audio musik dalam format ini cukup baik bahkan pada bitrate rendah. iPod, pemutar musik digital portabel dari Apple, adalah peranti terkemuka yang mendukung format ini.
  • MIDI (Musical Instrument Digital Interface) yaitufile suara yang hanya terdiri dari bunyi alat musik. Format audio satu ini lebih cocok untuk suara yang dihasilkan oleh synthesizer atar peranti elektronik lainnya, tetapi tidak cocok untuk hasil konversi dari suara analog karena tidak terlalu akurat. File dengan format ini berukuran kecil dan sering digunakan dalatn ponsel sebagai ringtone.
  • WMA (Windows Media Audio). Salah satu format yang ditawarkan oleh Microsoft. Kualitas musik yang ditawarkan format WMA lebih baik daripada MP3. Peranti lunak dan peranti keras terbaru nmnmnya mendukung format ini. Namun dukungan ponsel belum seluas format MP3. 
Unsur-Unsur Video


2. Animasi (Animation) atau Ilustrasi

Pengertian animasi menurut Awaluddin (2005 : 99), adalah menggerakkan sekumpulan still image berurutan dengan kecepatan tertentu sehingga image-image terlihat bergerak. Tiap-tiap still image yang digunakan dalam animasi diistilahkan dengan frame. 

Pemakaian animasi dalatn komputer telah dimulai dengan ditemukanya software komputer yang dapat digunakan dalam berbagai keperluan seperti melakukan ilustrasi di komputer. Serta membuat perubahan antara gambar satu ke gambar berikutnya, sehingga dapat terbentuk satu gabungan yang utuh. 

Menurut Supriyono (2010 : 51), ilustrasi adalah gambar atau foto yang bertujuan menjelaskan teks dan sekaligus menciptakan daya tarik. Jika berupa foto atau gambar, harus punya kualitas memadai, baik dari aspek seni maupun teknik pengerjaan. 

Ilustrasi dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah pembaca dalam memahami pesan, serta menambah daya tarik desain, bukan sebaliknya. Penggunaan ilustrasi yang berlebihan justru dapat membingugkan dan mengurangi nilai keterbacaan. 

Ilustrasi, apa pun bentuknya, memiliki potensi besar untuk merebut perhatian pembaca. Tujuan ditambahkannya ilustrasi antara lain untuk: 
  • Menangkap perhatian pembaca.
  • Memperjelas isi yang terkandung dalam teks (body copy).
  • Menunjukkan identitas perusahaan.
  • Menunjukkan produk yang ditawarkan.
  • Meyakinkan pembaca terhadap informasi yang disampaikan melalui teks.
  • Membuat pembaca tertarik untuk membaca judul.
  • Menonjolkan keunikan produk.
  • Menciptakan kesan yang mendalam terhadap produk atau pengiklan.
Fungsi ilustrasi adalah untuk memperjelas teks dan sekaligus sebagai eye-catcher. Sejalan dengan munculnya berbagai software pengolah gambar, saat ini telah berkembang berbagai jenis dan bentuk ilustrasi, tidak hanya berupa foto dan gambar manual. Pada prinsipnya semua elemen visual dapat digunakan sebagai ilustrasi. Semua teknik dapat dilakukan untuk mewujudkan ide.

3. Teks

Teks terdiri dari unit-unit bahasa dalam penggunaannya. Unit-unit bahasa tersebut adalah merupakan unit gramatikal seperti klausa atau kalimat namun tidak pula didefenisikan berdasarkan ukuran panjang kalimatnya. 

Teks terkadang pula digambarkan sebagai sejenis kalimat yang super yaitu sebuah unit gramatikal yang lebih panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Jadi sebuah teks terdiri dari beberapa kalimat sehingga ha! itulah yang membedakannya dengan pengertian kalimat tunggal. 
Selain itu sebuah teks dianggap sebagai unit semantik yaitu unit bahasa yang berhubungan dengan bentuk maknanya. Dengan demikian teks itu dalam realisasinya berhubungan dengan klausa yaitu satuan bahasa yang terdiri atas subyek dan predikat dan apabila diberi intonasi final akan menjadi sebuah kalimat.

Dalam penjelmaan dan penurunannya, secara garis besar dapat disebutkan adanya tiga macam teks, yaitu: 
  • Teks lisan (tidak tertulis).
  • Teks naskah tulisan tangan.
  • Teks cetakan.
Kalau dilihat berdasarkan masa perkembangannya, teks yang pertama adalah teks lisan, teks lisan lahir dari cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi melalui tradisi mendongeng. Teks lisan berkembang menjadi teks naskah tulisan tangan yang merupakan kelanjutan dari tradisi mendongeng, cerita-cerita rakyat yang pernah diturunkan disalin ke dalam sebuah tulisan dengan menggunakan alat dan bahan yang sangat sederhana dan serta menggunakan aksara dan bahasa daerahnya masing-masing. Teks naskah tulisan tangan ini masih tradisional, setelah ditemukannya mesin cetak dan kertas oleh bangsa Cina maka perkembangan teks pun menjadi lebih maju, pada masa ini orang tidak harus susah-susah menyalin sebuah teks, tetapi teks­teks sangat mudah diperbanyak dengan waktu yang tidak lama, maka lahirlah teks-teks cetakan (Baried, 1985:2).

4. Tipografi

Tipografi adalah seni hurut; meliputi pemilihan hurut; penentuan ukuran yang tepat, di mana teks dapat diputus, spasi jarak, dan bagaimana teks dapat dengan mudah dibaca. (Suyanto, 2007 2009:43). 

Dalam perkembangannya, istilah tipografi lebih dikaitkan dengan gaya atau model huruf cetak. Bahk:an saat ini pengertian tipografi sudah berkembang lebih luas lagi, yaitu mengrah pada disiplin ilmu yang mempelajari spesifikasi dan karakteristik huru:t; bagaimana memilih dan mengelola huruf untuk tujuan-tujuan tertentu (Supriyono, 2010:20). Pemilihan jenis dan karakter huru:t; serta cara pengelolaannya akan sangat menentukan keberhasilan desain komunikasi visual. 

Dibaca tidaknya sebuah pesan tergantung pada penggunaan huruf (type face) dan cara penyusunannya. Informasi semenarik apa pun, bias tidak dilirik pembaca karena disampaikan dengan tipografi yang buruk. Sebagai contoh, ukuran huruf terlalu kecil jenis huruf sulit dibaca, spasi terlalu rapat, dan layout berdesakan (crowded) sehingga menyebabkan orang tidak berselera untuk membaca. 
Huruf dipilih dengan pertimbangan nilai kemudahan baca (readability). 

Menurut Supriyono (2010 25-30) berdasarkan sejarah perkembangannya, huruf dapat digolongkan menjadi tujuh gaya atau style, yaitu:

a.  Huruf Klasik (Classical Typefaces)

Huruf yang memiliki kait (serif) lengkung ini juga disebut Old Style Roman, banyak digunakan untuk desain-desain media cetak di Inggris, Italia, dan Belanda pada awal teknologi cetak (1617). Bentuknya cukup menarik dan sampai sekarang masih banyak digunakan untuk teks karena memiliki kemudahan baca (readability) cukup tinggi. Salah satu contoh gaya huruf ini adalah Garamond (diciptakan oleh Claude Garamond, Perancis, 1540), memiliki kait (serif) sudut lengkung, dan tebal-tipis yang kontras.

b. Huruf Transisi (Transitional)

Hampir sama dengan huruf Old Style Roman, hanya berbeda pada ujung kaitnya yang runcing dan memiliki sedikit perbedaan tebal-tipis pada tubuh huruf (garis vertikal tebal). Font yang termasuk jenis Transisi, antara lain Baskerville (oleh John Baskerville, Inggris, 1750) dan Century, sering dipakai untuk judul (display). Huruf ini mulai banyak digunakan sejak 1757.

c. Huruf Modern Roman

Sebutan "modern" barangkali kurang relevan karena huruf ini sudah digunakan sejak tiga abad lalu (1788). Huruf­huruf yang termasuk dalam Modern Roman antara lain Bodoni (oleh Giambattisa Bodoni, Italia 1767) dan Scotch Roman. Hurufini sudahjarang digunakan untuk teks karena ketebalan tubuh huruf sangat kontras, bagian yang vertikal tebal, garis-garis horizontal dan serifuya sangat tipis sehingga untuk teks berukuran kecil agak sulit dibaca dan bahkan sering tidak terbaca. Apalagi jika dicetak negatif­teks putih di atas latar hitam-maka sering kali bagian yang tipis tidak terlihat.

d. Huruf Sans Serif


Jenis huruf sans serifsudab dipakai sejak awal tahun 1800. Disebut sans serif karena tidak memiliki serif atau kait atau kaki. Salah satu cirri huruf ini adalah memiliki bagian­bagian tubuh yang sama tebalnya. Contoh huruf sans serif yang populer, antara lain Ariai Helvetica, U nivers, Futura, dan Gill Sans. Huruf sans serif sesungguhnya kurang tepat digunakan untuk teks yang panjang karena dapat melelahkan pembaca, namun cukup efektif untuk penulisan judul atau teks yang pendek. Meskipun demikian huruf sans serif sering digunakan untuk buku dan majalah karena memiliki citra dinamis dan simpel. 

e. Huruf Berkait Balok (Egyptian Slab Serif)

Huruf Egyptian memiliki kait berbentuk balok yang ketebalannya hamper sama dengan tubuh huruf sehingga terkesan elegan, jantan, dan kaku. Jenis huruf ini berkembang di Inggris pada tahun 1895, ketika masyarakat terpesona pada kebudayaan Mesir (Egyptian). Oleh karena itu, sebutan "Egyptian" melekat pada nama huruf ini.


f. Huruf Tulis (Script)

Jenis huruf ini berasal dari tulisan tangan (hand-writing), sangat sulit dibaca dan melelahkan jika dipakai untuk teks yang panjang. Apalagi jika menggunakan all capital maka sangat tidak nyaman untuk dibaca. 

g. Huruf Hiasan (Decorati.ve)

Huruf dekoratif bukan termasuk huruf teks sehingga sangat tidak tepat jilca digunakan untuk teks panjaog. Huruf ini lebih cocok dipakai untuk satu kata atau judul yang pendek.
Readmore → Pengertian Video, Format Program Video, Unsur-Unsur Video, Animasi, Ilustrasi, Tipografi

Tahapan Produksi Pembuatan Film Pendek

Komposisi atau Framing

Dalam pembuatan film atau video, "komposisi" hanya mengacu pada bagaimana Anda mampu menempatkan subjek dan hal lain yang ada di frame. sutradara yang berbeda memiliki gaya yang berbeda dengan sutradara lain , Satu-satunya cara untuk mempelajari dan berkarya dengan baik adalah untuk menonton banyak film bagus berulang kali dan bereksperimen dengan kamera anda sendiri.

Sebuah "aturan" utama dari komposisi adalah bahwa subjek harus ditempatkan sedikit ke kanan atau ke kiri dari pusat frame , terutama jika subjek memiliki unsur directionality untuk itu (misalnya, jika mem-frame close-up seorang aktor melihat dari kiri ke kanan, aktor harus sedikit ke kiri tengah). Ini dikenal sebagai aturan pertiga yaitu konsep pada produksi film video dimana frame dibagi menjadi menjadi sembilan bagian imajiner, 
dimana anda harus menempatkan obyek berada 1/3 atau 2/3 dari keseluruhan lebar frame dan bukan menempatkan obyek tepat di tengah-tengah

Kata "aturan" dalam tanda kutip karena memang tidak ada aturan dalam pembuatan film: pengamatan empiris terjadi hanya dari apa yang bekerja dengan baik dan apa yang tidak."aturan" dapat dibagi dengan hasil bagus dalam situasi yang sesuai. Kita harus tahu kapan harus tetap berpegang pada aturan-aturan ini dan kapan kita mengabaikannya, itu semua adalah bagian dari sebuah proses dari pengambilan gambar. Dalam pakem yang telah umum dapat dikenal macam-macam komposisi antara lain :

1. Looking room
2. Head room
3. Over Shoulder shot
4. Point of view
5. Cut a way
6. Close up
7. Medium close up
8. Big close up
9. Ekstrem close up
10. Long shot
11. Very long shot
12. Ekstrem long shot
13. Full shot
14. Middle shot
15. Wide shot
16. One shot
17. Two shot
18. Three shot
19. Group shot dsb

Perpindahan/ Pergerakan Kamera 

  • Zoom In/ Zoom Out : kamera bergerak menjauh dan mendekati objek denganmenggunakan tombol zooming yang ada di kamera.
  • Panning :gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod. Ibarat seseorang menoleh kekanan, danporosnya (tripod) adalah lehernya.
  • Tilting :gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera mendongak dan tiltdown jika kamera mengangguk. Ibarat seseorang naik dan turun tangga, dantangga adalah porosnya.
  • Dolly : kedudukan kamera di tripod dan di atas landa... 

Dasar Sinematografi

Sinematografi (dari bahasa Yunani: kinema "gerakan" dan graphein- γράφειν "merekam") adalahpengaturan pencahayaandan kamera ketika merekam gambarfotografis untuk suatu sinema. Sinematografi sangat erat hubungannya dengan seni fotografi tetap. Banyak kesulitan teknis dan kemungkinan-kemungkina... 
15 Sep 2011 15:44
Proses produksi film animasi 2 dan 3 dimensi
Ada duaproses pembuatan film animasi, diantaranya adalah secara konvensional dandigital. Proses secara konvensional sangat membutuhkan dana yang cukup mahal,sedangkan proses pembuatan digital cukup ringan. Sedangkan untuk hal perbaikan,proses digital lebih cepat dibandingkan dengan proses konvension... 
15 Sep 2011 15:37
Teknik Memotret Dengan Menggunakan Kamera Digital
Memotret dengan menggunakan kamera analog ataupun digital secara prinsip dan teknik fotografi tidak berbeda. Bedanya, dengan kamera analog ada penggantian film, sementara kamera digital tidak ada penggantian film tapi dengan sensor digital.Namun kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai ko... 
24 Aug 2011 09:46
•  Teknik Pengambilan Gambar 
•  Pengertian Seni Peran 
•  Proses pembuatan animasi 2 dimensi 
•  Pengertian Animasi 
•  Perkembangan film animasi Indonesia 


Produksi Film
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Mengembangkan naskah ke dalam program video siap pakai melalui tahapan-tahapannya : Tahap Pra Produksi, Tahap Produksi, Tahap Pasca Produksi
Dalam produksi film sangat erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim atau crue pelaksana pembuatan film dan deskripsi kerjanya masing-masing. Adapun tim tersebut dapat terdiri atas :
  1. (Director), Bertugas memimpin dan mengarahkan keseluruhan proses pembuatan film. (Sutradara)
  2. Ide cerita, Pencetus atau pemilik ide cerita pada naskah film yang diproduksi.
  3. Script Writer, Bertugas menterjemahkan ide cerita ke dalam bahasa visual gambar atau skenario.(Penulis scenario)
  4. Kameramen, Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera saat shooting.
  5. (lighting), Bertugas mengatur pencahayan dalam produksi film.Tata cahaya 
  6. Tata musik (music director), Bertugas membuat atau memilih musik yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.

7. costume designer), Bertugas membuat atau memilih dan Tata kostum ( menyediakan kostum atau pakaian yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.

8. Make up Artist), Bertugas mengatur make up yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film. Tata Rias 

9. sound effect (sound recorder), Bertugas membuat atau Tata suara dan memilih atau merekam suara dan efek suara yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.

10. artistic director), Bertugas membuat dan mengatur Tata artistik ( latar dan setting yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.

11. Editor, Bertugas melakukan editing pada hasil pengambilan gambar dalam produksi film.
12. Kliper, Bertugas memberi tanda pengambilan shot dalam produksi film.
13. Pencatat adegan, Bertugas mencatat adegan atau shot yang diambil serta kostum yang dipakai dalam produksi film.

14. Casting, Bertugas mencari dan memilih pemain yang sesuai ide cerita dalam produksi film.

TAHAP PRA PRODUKSI

ANALISIS IDE CERITA.

Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya. Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya.
Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara lain:

• Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan.
• Percakapan atau aktifitas sehari-hari yang menarik untuk difilmkan.
• Cerita rakyat atau dongeng.
• Biografi seorang terkenal atau berjasa.
• Adaptasi dari cerita di komik, cerpen, atau novel.
• Dari kajian musik, dll

MENYIAPKAN NASKAH 
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen, novel ataupun film yang sudah ada dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan Breakdown naskah. Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film.

MENYUSUN JADWAL DAN BUDGETING

Jadwal atau working schedule disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa saja , biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shot keberapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa. Lokasi sangat menentukan jadwal pengambilan gambar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya:

• Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.
• Penyediaan kaset video.
• Penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan.
• Penyediaan property, kostum, make-up.
• Honor untuk pemain, konsumsi.
• Akomodasi dan transportasi.
• Menyewa alat jika tidak tersedia.

HUNTING LOKASI

Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki ijin (dan saya mengalaminya.. hehe).

Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.

MENYIAPKAN KOSTUM DAN PROPERTY.
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan artistik.
MENYIAPKAN PERALATAN
Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan peralatan yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan (dalam film minimalis) :
• Clipboard.
• Proyektor.
• Lampu.
• Kabel Roll.
• TV Monitor.
• Kamera video S-VHS atau Handycam.
• Pita/Tape. (memori card)
• Mikrophone clip-on wireless.
• Tripod Kamera.
• Tripod Lampu.

CASTING PEMAIN
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film. Dapat dipilih langsung ataupun dicasting terlebih dahulu. Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya juga dari segi budget/pembiayaan yang dimiliki.

TAHAP PRODUKSI

TATA SETTING

Set construction merupakan bagunan latar belakang untuk keperluan pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita secara menarik.

TATA SUARA
Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang tepat dan berkualitas. Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah dibawa, peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise (gangguan suara) di dalam dan di luar ruangan.

TATA CAHAYA

Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya keualitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat diibaratkan melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun maka kamera tidak akan dapat merekam objek.

Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai contoh jika pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan dengan artist yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor untuk menambah cahaya. Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Perlu diperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku petunjuk kamera minimal lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka gambar akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang menandakan cahaya under.

Perlu diperhatikan juga tentang standart warna pencahayaan film yang dibuat yang disebut white balance. Disebut white balance karena memang untuk mencari standar warna putih di dalam atau di luar ruangan, karena warna putih mengandung semua unsur warna cahaya.


TATA KOSTUM (WARDROBE)

Pakaian yang dikenakan pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan gambar dapat dilakukan tidak sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat dari scene satu ke yang lain. Hal ini dilakukan agar lebih mudah, yaitu dengan mengambil seluruh shot yang terjadi pada lokasi yang sama. Oleh karenanya sangat erlu mengidentifikasi kostum pemain. Jangan sampai adegan yang terjadi berurutan mengalami pergantian kostum. Untuk mengantisipasinya maka sebelum pengambilan gambar dimulai para pemain difoto dengan kamera digital terlebih dahulu atau dicatat kostum apa yang dipakai. Tatanan rambut, riasan, kostum dan asesoris yang dikenakan dapat dilihat pada hasil foto dan berguna untuk shot selanjutnya.

TATA RIAS

Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada wajah tetapi juga pada seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih cantik atau tampan tetapi lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi unsur manipulasi sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula bagaimana efeknya pada saat pengambilan gambar dengan kamera. Membuat tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dll.

TAHAP PASCA PRODUKSI

PROSES EDITING
Secara sederhana, proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam kegiatan ini seorang editor akan merekonstruksi potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera.
Tugas editor antara lain sebagai berikut:
  • Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai kontruksi dramatinya.
  • Melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai shooting report.
  • Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara.
  • Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya.
  • Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk keperluan editing.


REVIEW HASIL EDITING

Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, ataupun dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing. Jika ternyata terdapat kekurangan atau penyimpangan dari skenario maka dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu film.

PRESENTASI DAN EVALUASI

Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan :
  • Ahli Sinematografi.
  • Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya.
  • Ahli Produksi Film.
  • Untuk mengupas film dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik lighting, dll.
  • Ahli Editing Film (Editor).
  • Untuk mengupas dari segi teknik editingnya.
  • Penonton/penikmat film.
  • Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film. Hal ini dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang mungkin masih awam dalam pembuatan film.
PROSES PEMBUATAN FILM PENDEK

A. Dasar pembuatan film

Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah:

Temukan Ide Cerita

Kalau tak ada ide cerita, walaupun Anda punya kamera yang mahal dan bagus, film tak tercipta juga.  Untuk itulah, dalam proses produksi film, langkah pertama adalah temukan ide cerita Anda. Usahakan cerita dengan ide yang baru dan unik. Belum pernah ada sebelumnya.

Riset
Ini tak kalah penting. Riset inilah yang akan membawa film ada mempunyai reputasi yang tinggi. Apalagi kalau Anda sedang ingin membuat film bergenre sejarah.  Riset ini bisa dilakukan dengan misalnya membaca referensi, buku-buku literatur yang mendukung film tersebut, atau bisa juga misalnya dengan melakukan wawancara kepada tokoh-tokoh atau ahli yang terkait dengan tema film yang sedang digarap.

Casting
Ini terkait dengan rekruitment tokoh. Proses seleksi dan pencarian tokoh berbakat yang akan memerankan film tersebut. Baik itu tokoh utama, maupun tokoh tambahan. Dalam beberapa adegan, mungkin akan terjadi adegan ekstrem seperti perkelahian atau adegan ekstrem lainya. Untuk itu diperlukan tokoh pengganti. Dalam proses inilah semua itu berlangsung.

Shooting

Proses ini adalah tahap pengambilan gambar. Dalam proses ini sang sutradara menjadi ujung tombak dalam mengarahkan kameramen melakukan kerja-kerjanya.  Memang, kameramen pasti punya cukup keahlian untuk mengambil gambar. Tapi, sang sutradaralah yang menentukan bagaimana sudut pandang pengambilan gambar, mana yang harus ditonjolkan dsb. Begitu juga, saat shooting ini, sang sutradara juga mengarahkan tokoh-tokoh atau pemeran film tersebut agar sesuai dengan skenario yang telah disusun sebelumnya.

Editing

Inilah tahap akhir proses produksi film. Saat pengambilan gambar mungkin terjadi kesalahan-kesalahan. Dalam tahap inilah Anda atau tim Anda bisa melakukan editing atas sebuah film. Editing ini sebenarnya adalah proses penggabungan adegan-adegan film yang telah diambil gambarnya sebelumnya. 

Menambah efek-efek dalam adegan yang terekam, atau mengurangi atau meng-cut adegan-adegan yang tidak atau kurang perlu. Nah, setelah selesai proses pengeditan saatnya film itu diedarkan ke publik.

Pada umumnya cara pembuatan film sama saja, tidak terlalu memusingkan. Mungkin yang akan menjadi tantangan adalah bagaimana mewujudkan step by step pembuatan film tersebut. Berikut adalah langkah-langkah dasar yang bisa Anda tapaki :


1. Buatlah Ide

Carilah ide yang menarik, yang sensasional dan tidak pasaran. Biasanya orang suka menonton film karena merasa ada bagian dari film itu yang dekat dengan dirinya. Carilah tema yang unik tetapi dekat dan familiar di hati masyarakat.

2. Buatlah sasaran ide kita

Setelah mendapatkan ide, kita tentukan film kita mau ditujukan untuk siapa? Mahasiswa? Pelajar? Anak-anak? Keluarga? Bila kita sudah menemukan segmen yang tepat, akan lebih mudah bagi kita untuk menentukan alur cerita.

3. Sinopsis film

Tak akan ada sebuah film yang bagus tanpa sinopsis. Bahkan, film dokumenter pun memerlukan sinopsis untuk narasi dan menggambarkan cerita apa yang akan diusung. Buatlah sinopsis yang ringkas, padat, jelas, langsung pada sasaran, konflik yang jelas dan ending yang mengejutkan.

4. Naskah Skenario

Bila film telah selesai, buatlah skenario. Anda bisa meminta orang lain untuk menulis, lalu Anda mengurusi hal lain atau Anda tulis sendiri skenario Anda. Setelah skenario jadi, mulailah membuat film.

5. Mulai membuat Film

Tentukan story board film kita, tentukan lokasi, cari view yang bagus untuk lokasi agar sesuai dengan tempat yang diinginkan dalam skenario. Tempat yang sesuai mendukung cerita.

6. Siapkan alat-alat teknis

Siapkan kru. Siapkan lampu, kamera, setting, property, kostum, piñata make up, dan lain-lain sebagainya.

7. Tentukan budget

Setelah menentukan apa dan siapa yang kita inginkan, kita bisa memulai membuat budget atau anggaran film. Tetapi lebih baik budget sudah disiapkan sejak awal.

8. Syuting dan Editing

Setelah mendapatkan izin dan lain sebagainya, Anda bisa mulai syuting. Begitu selesai syuting, adegan-adegan film diedit berdasarkan urutan scene di dalam skenario.

9. Review dan Revisi

Review, lihat ulang hasil film yang sudah Anda buat. Lalu revisi bila ada bagian scene yang jelek, bisa Anda buang. Bila ada scene yang kurang, bisa Anda tambahkan yang baru.

10. Buat promosi

Siapkan media untuk promosi seperti spanduk, iklan, trailer, pamflet, poster dan lain-lain.

11. Masukkan dalam DVD

Setelah film Anda finish, Anda bisa masukkan dalam keeping DVD. Dan gandakan keping DVD itu untuk keperluan pribadi, distribusi atau promosi.
Itulah tadi langkah-langkah dasar dalam membuat film. Tentu saja pelaksanaannya tidak semudah teori, namun tidak ada salahnya mencoba dan terjun langsung. Dengan mengerjakan sesuatu yang menurut kita susah, lambat laun akan menjadi mudah.

10 LANGKAH MEMBUAT FILM PENDEK

1. Riset Awal! 

Kita cari tahu dulu tentang latar belakang yang ingin kita buat film. Kalau serius, riset ini harusnya sangat detail, tetapi kalau mau sederhana, kita bisa saja browsing dulu di internet atau bertanya kepada teman atau orang yang sudah mengalaminya. Kita catat data-data yang kita dapat tadi.

2. Siapkan Peralatan 
Perlengkapan yang diperlukan adalah handycam atau kamera video apa pun beserta baterai dan charger. Jangan lupa bawa juga mikrofon tambahan dan kabel ekstensinya, tripod, dan yang paling penting, kaset-kaset kosong (bawa cadangan ya).

3. Riset Lapangan 

Waktu sampai di tempat tujuan, kita harus melakukan riset lebih dalam dari riset awal yang sudah kita lakukan di rumah. Cocokkan data yang didapat saat riset awal dengan keadaan di lapangan.
Bagaimana caranya? Ya jalan, ngobrol, dan nongkrong! Santai dan berusaha akrab dengan lingkungan yang akan kita filmkan.

4. Buat Alur Cerita Kasar 

Tentukan siapa saja yang mau diangkat sebagai tokoh dalam film. Biasanya, dari hasil riset di lapangan, kita bisa mendapatkan sebuah ide yang lebih spesifik dan menarik untuk diangkat dari ide awal kita di rumah. Misalnya, “Keseharian hidup badut di Dufan”. Kemudian, buatlah alur cerita kasar dari ide tersebut. Misalnya, tugas-tugas si badut di Dufan dan tempat-tempat wajib yang harus didatangi si badut.

5. Buatlah Sinopsis 

Cerita singkat tentang seperti apa film yang kita buat ini. Dari sinopsis kita bisa menentukan siapa saja yang harus kita wawancara, daftar pertanyaan untuk setiap wawancara, dan daftar gambar-gambar (footage) yang dibutuhkan di luar wawancara.

6. Syuting atau Pengambilan Gambar 

Dari hasil riset, kita sudah tahu di mana saja dan kapan saja orang-orang yang ingin kita wawancara berada. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk pengambilan gambar. 

Yang pertama, datangi dan minta izin mereka untuk melakukan wawancara. Ingat, jangan sekali-kali merekam wawancara tanpa izin! Tidak etis dan bisa bikin mereka tidak suka.

Kedua, jangan lupa menggunakan mikrofon tambahan ketika melakukan wawancara, apalagi kalau kita berada di tengah keramaian. 

Ketiga, gunakan daftar pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya sebagai acuan, tetapi jangan terlalu kaku, kita boleh bertanya hal-hal lain di luar daftar tersebut.

Keempat, buat suasana wawancara sesantai mungkin, bertanyalah seperti kita sedang mengobrol biasa. Sebab, keberadaan kamera video bisa membuat orang gugup, jaim, dan tidak bisa menjawab jujur.
Kelima, gunakan tripod bila wawancara berlangsung cukup lama dan tidak dilakukan sambil bergerak. 

Keenam, Selesaikan semua wawancara dari daftar orang yang sudah kita buat. Setelah itu rekam semua gambar yang sudah kita tulis dalam daftar footage kita. Kalau kita masih punya waktu dan kaset cadangan, kita boleh kok merekam gambar-gambar tambahan lain yang mungkin nanti bisa berguna saat tahap editing.

Ketujuh, setelah semua selesai direkam. Periksa lagi semua daftar yang kita punya. Baca lagi sinopsis awal kita. Apa semua sudah cukup. Jangan sampai ada yang terlupa.

7. Buat Alur Cerita Final 

Sesuaikan hasil catatan dengan hasil wawancara yang sudah kita buat. Masih sesuaikah? 
Harus diubahkah? 
Ke arah mana harus dikembangkan?
Hal ini sangat mungkin terjadi karena hasil wawancara bisa banget menghasilkan data-data yang lebih banyak dan mungkin berbeda dari apa yang sudah kita siapkan sebelumnya. Enggak masalah kok. Perbaiki dan buat sinopsis baru yang bisa disusun dari hasil rekaman yang sudah kita tonton berulang kali.
Setelah selesai, barulah sinopsis final ini bisa jadi panduan untuk mulai mengedit.

8. Mengedit Film 
Mulai capture hasil rekaman yang sudah kita pilih sebelumnya ke dalam komputer menggunakan program editing yang biasa kita pakai. Setelah itu susun film kita berdasarkan sinopsis final yang sudah kita buat sebelumnya.
Masukkan footage-footage yang kita sudah rekam. Buat alur semenarik mungkin, jangan terlalu banyak wawancara yang bisa membosankan. Idealnya, panjang film 8-12 menit.

9. Musik Latar atau “Soundtrack” 
Tambahkan musik latar yang sesuai, jangan pakai musik orang sembarangan ya! Sebisa mungkin buat musik sendiri atau minta teman yang pandai membuat musik untuk membuatkan musik untuk film ini.

10. Terakhir, koreksi warna atau “color correction” 
Masukkan opening title (pilih judul yang catchy dan bisa menggambarkan keseluruhan film), tambahkan credit title, mixing suara, wrap! Jadikan DVD biar bisa ditonton beramai-ramai

Proses Produksi dalam pembuatan film merupakan tahap-tahap Multimedia dimana ber isi teknik maupun cara-cara untuk membuat suatu Film. Tahap-tahapnya dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pra-Production (Pre- production )
2. Proses Produksi (Production)
3. Purna Produksi (Post- Production)

Untuk penjelasan tiap-tiap tahap , mari kita simak yaitu sebagai berikut :

1. PRE PRODUCTION
Adalah proses penyiapan semua elemen yang terlibat dalam sebuah produksi (shooting) film/ video. Dari mulai pengaturan budget, pemilihan sutradara, aktor, cameramen, crew, lokasi, peralatan, kostum/wardrobe dll.

A. Ide & Pemilihan Konsep. 

Adalah merupakan realisasi dari sebuah ide pemikiran dan gagasan yang bertujuan untuk menuangkannya kedalam media visual dan audio.

B. Story Line / Sinopsis. 

Adalah ringkasan cerita/film, menjadi bentuk pemendekan dari sebuah film dengan tetap memperhatikan unsur-unsur cerminan film tersebut. membuat Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan film yang panjang dalam bentuk yang singkat. Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya. Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya satu atau dua halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang film.

Langkah-langkah membuat sinopsis.
- Mencatat gagasan utama dengan menggaris bawahi gagasan – gagasan yang penting.
- Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan.
- Gunakan kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita.
- Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau dicari garis besarnya saja.
- Sinopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan film.

C. Script/Naskah Skenario. 

Membuat rancangan audio visual treatment dan penulisan naskah secara rinci yang mengembangkan gagasan utama pada synopsis menjadi sebuah cerita yang menarik dan informatif. Diawali dengan penjelasan dan pengenalan tiap karakter dalam cerita secara menyeluruh.

D. Shot List & Storyboard.
Sebuah teknik shoting management. Disini dibuat daftar pengambilan gambar pada setiap adegan, dan divisualisasikan dalam bentuk sketsa gambar/storyboard jika diperlukan.

2. PRODUCTION
Adalah proses pelaksanaan produksi (shoting) yang mengacu pada persiapan yang dihasilkan dari proses PreProduction.

A. Directing/Penyutradaraan.
Sutradara/Director adalah orang yang memimpin pelaksanaan shoting dan bertugas mengatur bagaimana tim dalam pembuatan film seperti: aktor, cameramen, lighting, artistik, editor & special effect artist harus tampil sebagaimana mestinya dalam pembuatan sebuah film sesuai dengan script/naskah. Dan biasanya didamping oleh satu orang atau lebih asisten sutradara.

B. Penguasaan Kamera & Teknik Shoting.
Anggle
Adalah sudut pandang pengambilan gambar yang dapat dilihat dari viewfinder pada sebuah kamera film/video. Dimana pemilihan anggel sangat berperan penting dalam menciptakan unsur artistik dan pemahaman cerita dalam pengadeganan sesuai dengan script/naskah.

Lighting/Pencahayaan
Dalam sebuah proses pengambilan gambar diperlukan adanya aset pencahayaan yang memadai. Baik itu didapat dari sumber natural (sinar matahari) pada shoting exterior/luar ruang, ataupun melalui bantuan sinar lampu pada shoting interior/dalam ruang.

Komposisi
Merupakan teknik pengaturan posisi gambar, ukuran & kedalaman ruang, perspektif & mood adegan untuk menghasilkan citra sesuai dengan tuntutan script/naskah.

Log/Catatan Shoting
Diperlukan adanya log/catatan yang dibuat menjelaskan penandaan setiap gambar peradegan yang sudah selesai diambil, dilengkapi dengan keterangan koordinat waktu (timecode) pada kaset yang digunakan. Proses ini akan sangat membantu mempercepat proses pengeditan gambar.


3.POST PRODUCTION
Adalah proses penyelesain akhir (finishing) dari sebuah rangkaian produksi (shoting) yang meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik, animasi & special effects, musik, sound effects, audio dubing, & output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV, & CD/DVD.
Video Standart : PAL,D1/DV
Frame Size : 720 X 576 (pixel)
Frame Rate : 25 fps
Pixel Aspect Ratio : D1/DV,PAL (4:3/1,067)
Audio : 48 kHz 16 Bit Stereo

Pembagian tahap Post Production
1.Offline 
-Capture
-Edit

2.Online:
-Compositing
-Motion Graphic
-Visual Effects
-Color Grading
-Music & Sound FX
-Titling
- 3D.

Sinematografi
Sinematografi (dari bahasa Yunani: kinema - κίνημα "gerakan" dan graphein - γράφειν "merekam") adalah pengaturan pencahayaan dan kamera ketika merekam gambar fotografis untuk suatu sinema. Sinematografi sangat erat hubungannya dengan seni fotografi tetap. Banyak kesulitan teknis dan kemungkinan-kemungkinan kreatif yang muncul ketika kamera dan elemen adegan sedang bergerak.
Daftar isi
1 Pengertian 
o 1.1 Anatomi kamera
o 1.2 Sudut kamera
o 1.3 Jenis rekaman
o 1.4 Komposisi
o 1.5 Pencahayaan
o 1.6 Pergerakan kamera
2 Lihat pula
3 Pranala luar

Pengertian
Seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab semua aspek Visual dalam pembuatan sebuah film. Mencakup Interpretasi visual pada skenario, pemilihan jenis Kamera, jenis bahan baku yang akan dipakai, pemilihan lensa, pemilihan jenis filter yang akan dipakai di depan lensa atau di depan lampu, pemilihan lampu dan jenis lampu yang sesuai dengan konsep sutradara dan cerita dalam skenario. Seorang sinematografer juga memutuskan gerak kamera, membuat konsep Visual, membuat floorplan untuk ke efisienan pengambilan gambar. Artinya seorang sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab baik secara teknis maupun tidak teknis di semua aspek visual dalam film.

Sinematografer harus mendukung visi dari sutradara dan skenario, karena bagaimanapun yang akan di sampaikan ke pada penonton adalah semua informasi dalam bentuk Visual yang sesuai dengan visi sutradara dan visi skenario walaupun di beberapa kasus, sutradara bisa merubah jalan cerita dalam skenario demi keindahan bercerita yang sudah merupakan gaya sutradara tersebut.

Sinematografer adalah juga kepala bagian departemen kamera, departemen pencahayaan dan Grip Departement untuk itulah Sinematogrefer sering juga disebut sebagai Director of Photography atau disingkat menjadi DoP.

Pada industri perfilman, seorang Sinematografer atau DoP akan di Bantu oleh sebuah tim yang dibentuknya mulai dari
  • 1st Camera Assistant yang bertugas mendampingi dan membantu semua kebutuhan shooting mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan sebuah shot.
  • Focus Puller yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus ring pada lensa sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area fokus.
  • Camera boy istilah ini sering digunakan pada industri film di Hollywood, adalah seorang asisten kamera yang bertugas membawa kamera atau mempersiapkan kamera mulai dari tripods hingga memasang kamera pada tripods tersebut.
  • Grip adalah bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan DoP baik secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab dalam perpindahan kamera artinya Grip departemen yang memasang dolly track dsb.
  • Gaffer adalah istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala departemen pencahayaan. Bersama DoP, Gaffer akan berdiskusi tentang warna, jenis cahaya dan gaya tata cahaya DoP tersebut.
  • Lightingman adalah orang-orang dalam departemen pencahayaan yang bekerja menata lampu sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DoP.
Karena film adalah sebuah kerja tim (Team Work) maka sangatlah penting untuk seorang sinematografer atau DoP untuk mempunyai tim yang bisa bekerja sama secara tim dengannya. Artinya tidak bekerja secara individu.

Seorang sinematografer yang baik harus juga mengenal dengan baik atau memahami alat yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Karena Kamera hanyalah “alat Bantu” atau Tools saja maka seperti alat Bantu yang lainnya juga kita sebagai Sinematografer yang memindahkan semua ilmu dan pengetahuan kita lewat kamera tersebut. Artinya kamera harus menuruti kemauan kita yang sudah menjadi visi sutradara dan visi cerita atau scenario.

Untuk memahami kamera kita harus membaca buku prtunjuk dari setiap kamera yang akan kita gunakan karena setiap industri kamera mempunyai tekhnologinya sendiri-sendiri. Pada prinsipnya semua kamera sama dan hanyalah alat Bantu kita mewujudkan gambar yang sesuai dengan yang di inginkan akan tetapi alangkah baiknya jika pengguna sudah memahami kamera tersebut secara teknis dalam petunjuk di bukunya (manual book).

Pada masa sekarang kamera secara garis besar terbagi dalam tiga jenis dilihat dari penggunaan bahan baku. Yaitu:
  1. Motion Picture Camera atau kamera dengan bahan baku seluloid baik 35 mm/16mm. Contoh kamera: Arriflex 435 Xtreme – 35 mm camera
  2. Video Camera atau kamera dengan bahan baku video tape. Contoh kamera: Sony HDV Video Camcorder
  3. Digital camera atau kamera dengan bahan baku digital/tapeless. Biasanya menggunakan CF card atau SD card bisa juga dengan cakram seperti DVD. Contoh kamera: Sony EX3 – Digital Camcorder
Anatomi kamera
Pada prinsipnya kamera dibagi menjadi tiga bagian:
1. Lens
2. Camera body
3. Magazine/tape compartments

Lensa Pada prinsipnya lensa adalah seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan kejernihannya harus di jaga, karena lewat lensalah gambar/cahaya akan ditransmisikan ke film atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis lensa yaitu:
  • Lensa Wide: adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
  • Lensa Normal: adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
  • Lensa Tele: adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Ada lensa yang bisa mengambil sudut pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini adalah merupakan lensa dengan variable focal length atau pada umumnya disebut: Zoom lens. Kelemahan dari lensa-lensa variable focal length adalah karena banyaknya elemen lensa di dalamnya maka ada pencurian cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada setiap elemen lensa tersebut.

Pada setiap lensa yang professional maupun yang semi professional ada 3 buah ring yaitu yang pertama adalah Focusing ring yang berfungsi untuk mengatur focus dalam sebuah shot. Kemudian ada Focal length ring ( pada lensa zoom atau variable focal length ) focal length adalah panjang pendeknya sebuah lensa atau secara tekhnis dikenal sebagai jarak dari titik api lensa ke bidang datar atau film plane. Yang terakhir adalah F.stop atau Diafragma ring yang berfungsi untuk mengatur exposure sebuah shot.

Setiap lensa mempunyai cacat atau kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat produksi, seperti distorsi, aberasi, dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa ini tidak selalu dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek dramatik yang ada di dalam scenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah ketajamannya masing-masing, daerah ketajaman ini disebut dengan Depth of Field disingkat dengan DoF. Jadi depth of field adalah daerah ketajaman di mana subjek/objek terlihat jelas atau tidak blur di kamera.

Depth of Field sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
Jarak dari kamera ke objek atau subjek

Jarak dari kamera ke objek atau subjek akan mempengaruhi panjang atau pendeknya daerah ketajaman karena semakin dekat objek atau subjek dengan kamera maka akan semakin pendek Depth of field-nya karena setiap lensa hanya memiliki satu fokus poin saja.

Besar kecilnya bukaan diafragma

Besar kecilnya diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya depth of field karena semakin kecil diameter bukaan diafragma akan semakin panjang depth of field-nya berarti semakin besar angka seperti 11 – 16 – 22 dsb akan semakin panjang depth of fieldnya, sedangkan semakin lebar bukaan diameter diafragma akan semakin pendek depth of fieldnya, berarti semakin kecil angka seperti 4 – 2,8 – 1,4 dan sebagainya akan semakin pendek depth of field-nya. Diafragama adalah diameter lingkaran aperture yang juga berfungsi untuk mengatur gelap atau terangnya sebuah gambar.

Panjang pendeknya/Focal length sebuah lensa.

Semakin panjang sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi semakin pendek, sedangkan semakin pendek sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi panjang atau luas.
Exposure dan Scene Brightness

Exposure bisa didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dalam perekaman gambar.Fungsi dasar sebuah lensa adalah meneruskan cahaya sehingga bisa digunakan untuk mencetak gambar. Sama seperti fenomena lubang jarum atau pinhole phenomenon artinya jika kita melepas lensa dan menggantikannya dengan kertas hitam dengan lubang di tengahnya maka akan bisa juga untuk menangkap imajinasi hanya saja waktu eksposur yang diperlukan akan lebih lama.

Camera Body

Pada bagian inilah gambar direkam atau di tangkap baik secara organik dengan seluloid 35mm seperti pada kamera Film maupun perubahan dari cahaya ke gelombang electromagnetic pada Video atau Digital. Pada kamera film bagian ini yang paling penting dijaga dari kontaminasi debu, cairan maupun radiasi karena akan mempengaruhi hasil shooting. Pada kamera video atau digital pada bagian ini akan banyak sekali tombol pengaturan imajinasi.

Magazine
Pada kamera Film, magazine adalah tempat kita memasang film baik sebelum maupun setelah di ekspose. Pada kamera Video atau Digital bagian ini adalah tape atau card compartments yaitu bagian di mana kita memasang kartu seperti SD atau CF atau kaset video.

Gunakan sinematografi sebagai seni. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan, diperlukan ketrampilan yang cukup. Seorang sinematografer harus berusaha agar kamera tidak menjadi benda asing baginya, kita harus mengenal setiap detail pada kamera tanpa harus berpikir sehingga konsentrasinya dapat dipergunakan untuk bidang kreatif pada sinematografi.

Sudut kamera

Camera angle atau sudut penempatan kamera juga memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi. Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang membutuhkan penempatan kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita dalam film. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film karena angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton lebih dekat dengan action yang ada dalam film, misalnya dengan teknik close up dan lain sebagainya.

Penempatan sudut kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor di antaranya analisa pada skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman panjang dan ketrampilan penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif sifatnya. Akan tetapi jika kita mempelajarinya tentu akan mempermudah kita dalam membuat sebuah shot.

Penempatan sudut kamera juga berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya adalah jika kita menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis axis kamera, maka penonton akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih kecil baik secara fisik atau lebih rendah derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering digunakan untuk memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb. Sedangkan penggunaan Low Angle – Kamera lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton diposisikan lebih rendah dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih tinggi secara fisik atau lebih tinggi derajatnya dalam tatanan sosial. Hal seperti ini banyak kita temukan di film untuk memperlihatkan raja, hakim, dan sebagainya. Kemudian ada juga yang disebut dengan Eye level – kamera sama tingginya dengan level subjek atau jika subjek berdiri/duduk kamera berada pada aksis yang sama dengan posisi subjek. Bisa dikatakan sebagai pandangan subjek ke subjek lain dalam sebuah potongan tapi bukan Point of View.

Pada dasarnya kamera angle dibagi dalam tiga jenis yaitu:

Obyektif Camera Angle

Angle objektif maksudnya adalah kamera menjadi point of view cerita, artinya penonton melihat semua elemen visual yang sutradara berikan dalam filmnya. Contoh yang paling gampang adalah dalam film dokumenter di mana orang-orang tidak melihat ke arah lensa kamera atau dalam candid shot/kamera tersembunyi.

Subyektif camera angle

Angle subjektif maksudnya adalah seperti personal view point artinya penonton berpartisipasi dalam sebuah shot seperti pengalaman sendiri. Contohnya adalah shot dari udara atau aerial shot yang memperlihatkan pemandangan kota. Atau birds point of view.
Jika seorang aktor melihat langsung ke arah lensa/penonton maka penonton di sini juga berpartisipasi dalam sebuah shot tersebut, maka bisa juga disebut angle subjektif.

Point of view

Point of view adalah pandangan subjektif dari subjek dalam scene. Maksudnya jika kita melihat seorang aktor melihat ke arah langit kemudian shot selanjutnya adalah arak-arakan mega di langit maka shot ke dua tersebut adalah point of view subjek tersebut.

Jenis rekaman

Shot sering didefinisikan sebagai sebuah aktivitas perekaman dimulai dari menekan tombol rekam pada kamera hingga diakhiri dengan stop. Sedangkan Scene adalah sering diartikan sebagai tempat atau setting di mana sebuah cerita akan dimainkan, hal ini tentu saja terpengaruh dari dunia teater atau panggung. Sebuah Scene bisa terdiri dari beberapa shot atau bisa saja satu shot panjang yang disebut sebagai Sequence shot. Sequence adalah rangkaian dari beberapa scene dan shot dalam satu kesatuan yang utuh.

Tipe-tipe dari shot dibagi dalam beberapa bagian, hal ini akan sangat membantu pada komunikasi visual, ketika kita bercerita kepada penonton atau menyampaikan informasi kepada penonton maka kita memerlukan beberapa penekanan atas informasi penting tersebut, maka dari itu kita memerlukan detail penyampaian informasi tersebut untuk itulah kita memerlukan beberapa tipe shot, misalnya kita membuat close up dari sebuah benda agar penonton bisa lebih melihat detail atau menerima dengan jelas atas informasi yang kita berikan.
Type of shot:
  • Long shot
  • Medium close up
  • Medium shot
  • Knee shot
  • Full shot
  • Close shot
  • Extreme close up
  • Close up
Komposisi
Komposisi adalah bagian yang paling terpenting pada komunikasi visual karena komposisi adalah usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Menata elemen visual di sini bisa diartikan kita mengarahkan perhatian penonton pada informasi yang kita berikan kepada mereka. Atau dalam arti lain kita mengarahkan penonton pada Point of Interest (POI) dalam gambar yang kita buat. Dengan mengarahkan penonton pada PoI maka penonton akan bisa mengikuti cerita dalam film kita dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu banyak meletakan Poi dalam sebuah gambar maka mata atau perhatian penonton akan terbagi-bagi, akhirnya perhatian mereka pada cerita juga akan terganggu.

Dalam film atau dalam komunikasi visual kita harus memanfaatkan waktu seefisien mungkin agar penonton bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam memahami film kita. Komposisi memang mempunyai aturan-aturan yang sangat ketat, akan tetapi kita bisa saja melawan aturan tersebut asalkan tetap bisa mengarahkan perhatian penonton pada Poi. Banyak sekali factor yang mempengaruhi komposisi di antaranya; warna, garis, tekstur, bentuk, ukuran, dan sebagainya. Yang menjadi sedikit mempunyai tantangan adalah dalam film kita mengkomposisi gerak. Karena bisa saja subjek atau kamera bergerak terus menerus sehingga kita harus terus mengatur elemen-lemen visual tersebut dalam frame kita, sehingga penonton tetap setia pada Poi.

Pencahayaan

Cahaya adalah salah satu elemen terpenting dalam sinematografi. Bahkan tak salah kiranya jika ada ungkapan Film are Light ! atau film adalah cahaya, karena memang untuk meng-exposed sebuah gambar kita memerlukan cahaya dan bahkan untuk melihat sebuah benda di alam ini kita memerlukan pantulan cahaya.

Seni menata cahaya dalam film menjadi bagian yang terpenting karena bisa mempengaruhi juga perhatian penonton terhadap cerita. Tata cahaya film sangat dipengaruhi oleh pengalaman kita melihat kondisi cahaya dalam dunia nyata, bagaimanapun juga cahaya dalam film meniru cahaya alam.
Secara Teori cahaya dalam film adalah 45 derajat tinggi dan jaraknya dari kamera, hal ini dikarenakan masalah estetis saja, artinya dalam sudut 45 derajat sudut cahaya yang mengenai wajah akan terlihat seperti yang kita lihat di alam nyata.

Dalam sinematografi kita hanya mengenal dua warna cahaya atau yang sering di sebut sebagai Daylight atau cahaya matahari dan Tungsten atau cahaya lampu ruangan. Dua jenis warna cahaya tersebut diukur dengan satuan Kelvin.

Karena hanya ada dua jenis warna cahaya dalam film maka kita bisa membaginya sebagai menggunakan warna Daylight untuk scene siang dan warna tungsten untuk scene malam. Tentu saja untuk tujuan kreatif hal ini juga bisa tidak dihiraukan, akan tetapi secara prinsip dua suhu warna tersebut yang harus kita gunakan dalam bercerita.

Film juga sangat sensitive dalam menangkap beberapa spectrum cahaya yang tak terlihat oleh mata kita seperti Ultra violet dan Infra red. Maka kita juga harus memperhatikan dua elemen spectrum tersebut dalam membuat film.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menata lighting adalah bayangan atau shadow karena bayangan tersebut bisa mengganggu atau membantu gambar kita. Mengganggu dalam arti jika kita salah menempatkan cahaya maka di wajah aktor/aktris akan terlihat bayangan hidung, dahi, dan sebagainya hal ini tentu saja bisa mengganggu penonton atau bahkan mengurangi kecantikan/estetika gambar kita. Pada film horor, sering bayangan digunakan sebagai elemen bercerita yang sangat efektif. Penonton bisa merasakan kehadiran makhluk halus dengan melihat sebuah bayangan melintas di depan frame dan sebagainya.

Pergerakan kamera

Pergerakan kamera atau lebih dikenal sebagai camera movement adalah sebuah usaha menggerakan kamera atau subjek untuk lebih mengenalkan ruang atau memberi kesan tiga dimensi sebuah ruangan, di mana penonton seakan bergerak masuk/keluar atau bergerak ke kanan/ke kiri mengikuti atau meninggalkan subjek.

Pada dasarnya Camera Movement terbagi dalam beberapa bagian besar yaitu:
  1. Subjek bergerak ke arah kamera/meninggalkan kamera
  2. Kamera bergerak ke arah subjek/meninggalkan subjek
  3. Kamera dan Subjek bergerak/mengikuti subjek
  4. Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg bergerak di dalam lensa.
Sebelum menggerakan kamera/subjek sebenarnya ada hal yang paling mendasar bagi cinematographer maupun filmmakernya yaitu:
1. Kapan kamera/subjek harus bergerak
2. Mengapa kamera/subjek harus bergerak

Hal ini berkaitan erat dengan pengadeganan atau mise en scene, di mana penonton akan mengikuti atau tidak bisa mengikuti cerita dalam film tersebut. Artinya karena gerak kamera terlalu cepat atau asal bergerak maka cerita yang ingin disampaikan atau informasi yang harus diketahui oleh penonton akan terlewatkan atau penonton tidak memahami/mendapatkan informasi tersebut.

Artikel yang satu ini sepertinya cocok banget buat temen-temen yang mau belajar soal tahap-tahap dalam memproduksi video/film/iklan. Dalam memproduksi video/film/iklan, biasanya dibentuk sebuat tim yang masing-masing kru-nya mempunyai tugas yang tersendiri. Kalian mau tau kru apa saja yang ada dalam proses memproduksi video/film/iklan. Berikut saya seratakan kru-kru yang bertugas beserta tugas-tugasnya : 

Produser, merupakan seseorang yang mempunyai tugas untuk memimpin dan mengarahkan secara keseluruhan.


Sutradara, yaitu seseorang yang memimpin selama proses pembuatan video/film/iklan.

Script Writer, ialah seseorang yang bertugas untuk membuat ide cerita.

Penulis Skenario, seseorang yang menerjemahkan ide cerita ke dalam bahasa visual gambar atau skenario.

Casting, bertugas untuk mencari dan memilih para tokoh/pemain yang sesuai dengan ide cerita dalam proses produksi.

Costume Designer, bertugas membuat atau memilih kostum yang sesuai dengan suasana cerita dan latar dalam proses produksi. 

Make up Artist, mempunyai tugas untuk mengatur make up/riasan yang sesuai dengan suasana cerita dalam proses produksi.

Kameramen, orang yang bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera saat diadakan pengambilan gambar/shooting.

Tata Artistik (Artistic Director), bertugas membuat atau mengatur latar dan setting yang sesuai dengan suasana cerita dalam proses produksi. 

Lighting, orang yang bertugas mengatur pencahayan dalam pembuatan video/film/iklan.

Kliper, mempunyai tugas untuk memberi tanda pengambilan shot dalam proses produksi.

Pencatat Adegan, ia bertugas untuk mencatat adegan atau shot yang diambil serta kostum yang dipakai dalam produksi film.

Editor, ia adalah orang yang bertugas melakukan editing untuk hasil pengambilan gambar dalam proses produksi.

Tata Suara (Sound Recorder), bertugas membuat/memilih/merekam suara dan efek-efek suara yang sesuai dengan suasana cerita dalam proses produksi.

Tata Musik, bertugas membuat/memilih musik yang sesuai dengan suasana cerita dalam pembuatan video/film/iklan.

Setelah mengetahui siapa saja kru-kru yang bertugas beserta tugasnya, sekarang saya akan menjabarkan sedikit mengenai tahap-tahap memproduksi video/film/iklan. Dan langsung saja, berikut tahapan-tahapannya :

1. Tahap Pra-Produksi, terdiri dari : 

Scripting merupakan ide awal yang digunakan sebagai bahan dalam pembuatan video/film/iklan. Dalam tahap ini dilakukan penulisan naskah/skenario.
Planning merupakan tahapan perencanaan. Hal ini meliputi perencanaan pengambilan gambar, setting tempat, mencari atau meng-casting calon tokoh/pemeran, mengurus perizinan, menentukan staf dan kru produksi, merencanakan properti apa saja yang akan digunakan, anggaran biaya, dan hal-hal lain yang patut untuk direncanakan.

Development of Concept, dalam tahap ini masing-masing kru sebisa mungkin untuk mengembangkan ide yang telah di dapat dalam pembuatan script sebagai konsep dalam pembuatan video/film/iklan tersebut.

2. Tahap Produksi, meliputi :

Shooting => pengambilan gambar
Acting => masing-masing tokoh memerankan bagiannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat.
Creating Animation => hal ini bisa dibuat jika kita ingin menambahkan sentuhan animasi dalam video/film/iklan kita nanti.
Record Sound => pada proses ini kita merekam suara dari tokoh/pemeran dalam vodeo/film/iklan yang kita buat.
Create Text/Graphic => haal ini bisa dibuat jika kita ingin menambahkan tulisan atau gambar dalam video/film/iklan yang kita buat.

3. Tahap Pasca Produksi, antara lain :

  • Compositing yaitu menggabungkan semua elemen ke dalam satu media 
  • Menambahkan efek khusus
  • Mengimport materi sumber
  • Assamble/edit, menyunting materi sesuai dengan naskah yang ada
  • Menghasilkan output, reproduksi dan distribusi

Tambahan :
  • Scene merupakan gabungan shot dalam suatu lokasi pada waktu yang sama
  • Sequence merupakan sejumlah shot yang membentuk alur cerita
  • Cahaya/pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu cahaya natural (alami) dan cahaya artficial (buatan)
  • Down Angle : menhasilkan bayangan yang jatuh ke arah tubuh
  • Up Angle : menghasilkan pencahayaan yang kurang lazim, namun dengan penempatan pencahayaan seperti ini, subyek akan kelihatan powerfull dan gagah 
Tujuan Penataan Cahaya :

Secara Teknis :
  1. Memperoleh dasar cahaya
  2. Menghasilakn contrast ratio yang tepat
  3. Mengatur suhu warna yang tepat agar tampak alamiah
Secara Artistik : 
     1. Memperjelas bentuk dan dimensi obyek
     2. Menciptakan ilusi dari suatu realitas
     3. Menciptakan kesan atau suasana tertentu
     4. Memusatkan perhatian pada unsur-unsur penting dalam suatu adegan

Tiga Point Penting dalam Pencahayaan : 
  1. Key Light : pencahayaan utama pada sudut 45 derajat di atas subyek
  2. Fill Light : pencahayaan pengisi, ini berguna untuk menghilangkan bayangan subyek
  3. Back Light : pencahayaan dari arah belakang subyek, ini untuk memberikan dimensi agar subyek tidak menyatu dengan latar belakang.
Readmore → Tahapan Produksi Pembuatan Film Pendek
Copyright © Buek Video. All rights reserved.