Konsep Pengembangan Ide Kreatif, Metode Pengembangan Ide

Konsep Pengembangan Ide Kreatif

Konsep Pengembangan Ide Kreatif

Peraturan dasar dalam suatu pengembangan manusia adalah jangan merasakan halangan sebagai rintangan merugikan yang dapat menghambat aktivitas kreatif. Jadilah sebaliknya, setiap individu harus berpikir bagaimana halangan tersebut dapat menstimulasi dirinya untuk membuat ide-ide kreatif dan mengatasi rintangan tersebut agar dapat berhasil.

Memang tidak semudah yang dibayangkan, tetapi diharapkan hal itu memompa motivasi untuk berbuat yang terbaik, bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Guilford (1986) menyebutkan Four P's Creativity sebagai susunan kemunculan kreativitas berikut ini:
  1. Person - Dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
  2. Process - Dimensi proses adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
  3. Press/dorongan - Kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal (diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan psikologis).
  4. Product - Dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu, baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
Kegagalan yang dialami selama dalam proses merupakan hal yang wajar dan merupakan sebuah pembelajaran. Bahkan mungkin lebih dari itu, kegagalan bisa membuat manusia lebih mengerti dan lebih pintar dari sebelumnya. Dengan adanya kegagalan kita jadi mengetahui bahwa ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang harus ditambahkan, dikurangi, atau dibuang.
Ketika ide kreatif itu muncul dalam benak atau angan-angan manusia agar segera dapat terwujud, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi akan terproses dalam pikiran. Dengan demikian, logika mengambil peran untuk kemudian mengambil bentuknya dari semua proses pemikiran yang matang, meskipun tidak semua ide atau gagasan kreatif dapat diwujudkan sesegera mungkin.
Setelah semua gagasan dapat terwujud, proses pengulangan akan selalu terjadi berturut-turut. Dalam artian, semua progres yang telah berjalan akan mengalami hal serupa ketika berhadapan dengan kemunculan objek-objek baru untuk berproses menjadi sebuah ide yang kreatif. Menurut Polya (1971), strategi pemecahan masalah dapat diklasifikasikan dalam empat prinsip umum:

1. Memahami sifat masalah. 

Apakah masalah didefinisikan dengan baik? Apakah masalah dapat dianalisis ke dalam submasalah yang lebih kecil? r Apa jenis masalah itu? (Lihat tutorial terakhir pada masalah klasifikasi)

Informasi apa yang dapat kami kumpulkan tentang masalah? r Apakah saya/orang lain mengatasi masalah ini sebelumnya?

Pelajaran apa yang mungkin pengalaman mereka tawarkan? r Apakah hambatan-hambatan (waktu, uang, sumber daya, dan lain-lain) dalam memecahkan masalah?

2. Menyusun rencana.
Memilah mana ide yang menghasilkan peluang dan mana yang sekadar ide dan tidak bisa diterapkan. Seleksi ide yang memberi nilai tambah bagi pengguna akhir. r Tentukan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan. Melakukan persiapan yang diperlukan, misalnya penelitian, koordinasi, dan lain-lain.

Untuk memecahkan masalah yang membutuhkan suatu perencanaan yang kompleks, menuliskan rencana secara sistematis.

3. Cobalah rencana.

Monitor kemajuan untuk memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai rencana.
Merekam kesalahan atau pertimbangan khusus untuk meninjau masa depan.

4. Memantau hasil rencana.

Bagian ini adalah bagian dari pemecahan masalah si mana kebanyakan orang cenderung mengabaikan. Salah satu cara memantau adalah meninjau pengalaman masa lalu dan memahami mengapa kita berhasil atau gagal. Penting untuk memantau kinerja kita sendiri serta meninjau seluruh latihan agar kita bisa berbuat lebih baik di masa depan. Evaluasi haruslah meliputi evaluasi terhadap ide, implementasi, efektivitas, ruang lingkup, dan dimensi tujuan yang lebih luas.

Metode Pengembangan Ide

Metode berasal dari bahasa Yunani, methodos, yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebelum menerapkan metode yang sistematis dalam pengembangan ide, setiap individu memiliki potensi dalam memunculkan kreativitas. Ada beberapa hal atau proses menggali sebuah ide kreatif yang bisa dilakukan dengan beberapa tip berikut ini:

1. Observasi
Mewawancarai dokter, guru, pedagang sayur, pemulung, atau siapa saja yang pengalaman dan pengetahuannya dibutuhkan untuk menggali sumber ide dan inspirasi. Kita tidak akan mungkin bisa menulis kisah tentang seorang dokter dengan baik jika kita tidak pernah minimal mengenal dokter dan mengobrol sejenak dengannya. Bertukar pikiran dengan orang lain layak diprioritaskan. Lebih baik lagi bila orang yang ditanya mengerti benar suatu bidang tertentu dan sanggup memecahkan berbagai persoalan yang muncul dalam bidangnya tersebut. Intinya adalah bertanya, berbicara, dan tekun mendengarkan.

2. Membaca

Sesuai dalam ayat Alquran yang pertama kali diturunkan Allah SWT, yaitu membaca. Membaca dan menulis memiliki hubungan erat tak terpisahkan. Membaca adalah observasi dalam bentuk lain. Membaca memberikan banyak ilmu, wawasan, dan membuka cakrawala berpikir. Dengan membaca, ide-ide akan lancar mengalir dari isi kepala dan sanubari setiap manusia. Bergerak, mencari sumber-sumber yang kredibel (dapat dipercaya) dan bisa dipertanggungjawabkan untuk 'menjinakkan' ide bisa dari Alquran, hadits, koran, buku, majalah, kamus, dan lain sebagainya. Kreativitas butuh data dan pengetahuan yang matang. Tidak cukup hanya imajinasi.

3. Pergi berlibur/rileks

Jalan-jalan ke suatu daerah sangat membantu dalam menggali dan menuangkan ide cerita. Selain menenangkan pikiran/ rileks, berlibur memberikan wawasan tentang sesuatu yang alami dan terbarukan. Pada saat bersamaan juga bisa memanfaatkan teknologi menjelajah internet, atau sebagai panduan awal untuk mengeksplorasinya agar lebih mudah. Karena merasakan langsung suatu pengalaman akan lebih menginspirasi ide yang spektakuler.

4. Menulis buku harian (diary)

Selain untuk menyalurkan luapan emosi, menulis buku harian ibarat 'menabung' ide. Goresan pena di sana bisa menjadi 'stok' bahan cerita untuk dituliskan kelak. Dengan demikian, ide kreatif tidak akan kehabisan bahan. Kunci utamanya adalah kritis, selalu membuka mata, memasang telinga, dan mempertajam rasa. Setelah mendapatkan ide, kembangkanlah ide tersebut agar menjadi lebih kaya, lalu salurkan melalui media tulisan.

Man the unknown; manusia adalah makhluk yang misterius. Demikian diungkapkan oleh Alexis Carel ketika menggambarkan ketidaktuntasan pencarian hakikat manusia oleh para ahli. Banyak upaya akademis yang dilakukan oleh para ahli saat ingin memaparkan siapa sesungguhnya dirinya.

Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas tentang manusia dengan perspektif masing-masing.6

Erik Erikson adalah salah satu di antara para ahli yang melakukan upaya akademisdari perspektif psikologi, la menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisis dan pengembang teori Freud. Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Kepribadian seseorang berubah dan berkembang dari anak-anak, remaja, sampai dewasa. Manusia dewasa mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya dan mempunyai sifat melahirkan sesuatu (generativitas).

Generativity theory merupakan salah satu proses menghadirkan ide baru atas kombinasi pengembangan ide-ide lama. Adapun menurut generativity theory, cara mengembangkan ide-ide baru adalah ciri generativitas, yaitu perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide, produk-produk, dan sebagainya)7. Ciri generativitas tersebut adalah:
  1. Capturing, yaitu menangkap ide-ide baru.
  2. Challenging, yaitu mencari tantangan agar muncul ide-ide baru. Kegagalan merupakan satu hal penting dalam mengembangkan ide baru.
  3. Broadening, yaitu menambah wawasan agar muncul berbagai ide baru.
  4. Surrounding, yaitu menciptakan suasana baru agar ide-ide baru berkembang.
Setelah mengerti cara menggali sumber ide, diperlukan metode pengembangan agar terstruktur dan sistematis demi proses kreatif terbentuknya sebuah karya. Untuk dapat menangkap ide, diperlukan adanya kepekaan setiap manusia untuk menangkap isyarat-isyarat kreatif yang terlintas dan kemampuan mengimajinasikannya untuk dijadikan cerita atau tulisan. Di kalangan penyair, isyarat itu biasa disebut sebagai sentuhan puitik (poetical touch), sedangkan di kalangan penulis fiksi biasa disebut sebagai sentuhan imaji (imagical touch). Berikut ini beberapa metode pengembangan ide.

1. Brain Stroming

Brain stroming atau curah pendapat merupakan teknik pemecahan masalah secara kelompok. Masing-masing orang dalam kelompok dapat mengeluarkan ide/ pendapat secara bebas dalam membahas suatu masalah atau mencari gagasan yang baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik ini adalah jangan ada usaha mengevaluasi gagasan selama proses curah ide berlangsung. Ide-ide yang keluar dicatat pada lembar kertas yang lebar. Jika dirasa ide sudah tidak keluar lagi, maka fasilitator memandu mengidentifikasi ide yang sama sampai didapatkan butir-butir penting yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Brain Writing

Seperti halnya brain storming, brain writing)uga merupakan teknik curah ide/pendapat, hanya saja pada pelaksanaannya sedikit berbeda. Brain writing menggunakan tulisan di atas potongan kertas. Setiap orang didorong untuk mengeluarkan pendapatnya dengan menuliskan di papan atau di kertas. Proses selanjutnya sama halnya dengan brian storming.
3. Synectic

Menekankan aktivitas spontan dari otak dan sistem syaraf dalam mengadakan ekplorasi dan transformasi permasalahan. Prosesnya adalah:

Persoalan diberikan -> analisis -> perumusan inti persoalan pengembangan gagasan -> menentukan jalan keluar (solusi terbaik).

4. Attitude Listing

Teknik diterapkan pada suatu objek jika ingin mengadakan pengembangan manfaat maupun bentuknya. Bentuk dan karakteristik objek itu diidentifikasi dan dicatat, kemudian masing-masing dari bentuk dan karakteristiknya secara terpisah-pisah dipelajari, dianalisis apakah mungkin ada yang dapat ditingkatkan atau diubah.

5. Forced Relationship

Teknik ini adalah menggabungkan dua atau lebih objek yang tidak memiliki kaitan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

6. Morphological Analysis

Teknik ini hampir sama dengan attitude listing. Dalam pelaksanaannya, semua kemungkinan variasi permasalahan dicatat dan didaftar, dicari kemungkinan kombinasi yang baru. Caranya, variabel didaftar dalam kertas lebar yang sejajar satu dengan lainnya kemudian digerakkan/digeser untuk mendapatkan kombinasi baru.

7. SCAMPER

Metode ini merupakan suatu daftar pertanyaan untuk merangsang keluarnya ide-ide yang baik. SCAMPER adalah akronim dari masing-masing huruf yang mengandung suatu arti untuk pengembangan ide.
S = Substitute -> Dapatkah diganti dengan yang lain?
C * Combine -> Dapatkah dikombinasikan dengan yang lain?
A = Adopt -> Dapatkah disesuaikan dengan kondisi yang ada?
M = Modify, Minify, Magnify-> Dapatkah diubah, diperkecil, dan/atau diperbeasr?
P = Put to orther uses -> Dapatkah digunakan untuk kepentingan yang lain?
E = Eleminate -> Dapatkah bagian-bagian ini dihilangkan?
R = Rearange, Reverse-> Dapatkah disusun kembali, atau dapatkah dikerjakan dari sebaliknya?

Metode Cluster

Selanjutnya, seperti apakah metode pengembangan ide tersebut wujudnya bisa diterapkan pada lingkungan kerja sehingga sangat bermanfaat? Kita akan meninjaunya dalam lingkungan industri sebagai realitas persaingan bisnis yang sangat kompetitif. Di era global ini, banyak industri yang mulai mengembangkan cluster sebagai salah satu strategi kompetisi global.

Cluster sendiri secara harfiah berarti kelompok. Dalam pendekatan industri, cluster diartikan dengan konsentrasi geografis dari subsektor-subsektor manufakturyang sama. Dampakdari berbagai cluster tersebut adalah munculnya jaringan (network) sehingga wilayah itu disebut dengan kawasan atau distrik. Kita harus menyadari saat ini persaingan menjadi terbuka. Oleh sebab itu, konsentrasi geografis harus direncanakan dengan matang sebagai pemetaan permasalahan agar kita menjadi unggul.

John Naisbit, seorang futurolog, sudah meramalkan sejak lama dalam bukunya Global Parodox, bahwa pada masa depan korporasi besar akan menjadi kecil-kecil dan tersebar dengan kekuatan jaringan yang bisa mengendalikan pasar, globalisasi yang bersifat ¡nterdependency.‘i

Sebagai contoh bentuk cluster dalam industri yang dapat kita saksikan saat ini di Indonesia adalah toko Alfa yang dulunya gudang rabat sentra penjualan ritel dan grosir sudah melakukan transformasi itu. Mereka melepas yang besar dan menjadi kecil-kecil dalam bentuk minimarket yang memiliki ratusan, bahkan ribuan outlet di seluruh Indonesia. Toko franchise Seven Eleven, real estate perumahan, dan toko-toko di pusat perbelanjaan (mal) saat ini tumbuh berkembang di depan mata kita, seluruhnya mengikuti konsep cluster.

Mereka merupakan industri yang telah membuat cluster-nya sendiri dan menjadi pemimpin dalam sektor penjualan ritel modern. Inilah kekuatan cluster dalam sektor ritel. Cluster adalah sebuah kelompok yang diciptakan, yang tujuannya untuk meningkatkan produktivitas. Jika kelompok ini sinergis dan memiliki jaringan yang efektif (effective networking), cluster bisa menjadi kekuatan nyata untuk menjadi kreatif dan produktif.

Cluster yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sebuah gerakan untuk menciptakan kelompok yang sinergis dan hal itu bisa dimulai dari setiap individu (Anda) sebagai inti dari cluster tersebut. Cluster itu diciptakan, dilahirkan, dan diproduksi. Itulah sebabnya perlu penggerak untuk menciptakannya. Mulailah dari intinya, yaitu core dari cluster-nya, dan itu adalah setiap individu (Anda).

Clusteringadia\ah suatu cara untuk memilah pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan. Suatu pengelompokan yang terbentuk sebagai proses berpikir yang disederhanakan. Pengelompokan adalah suatu struktur yang mengalir bebas, seperti struktur organik dalam diagram melekul yang masing-masing terdiri atas simpul-simpul yang saling terkait. Sebuah cluster harus dimulai dari simpul awal sebagai whistle blower atau inti dari pengembangan kelompok pemikiran dan gagasan.
Tren terbentuknya cluster merupakan gerakan pembaharuan. Pengembangan simpul-simpul sebagai sebuah cluster berguna untuk:

1. Melihat dan membuat kaitan antargagasan.
2. Mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikemukakan.
3. Menelusuri jalan pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep.
4. Bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa penyuntingan atau pertimbangan.
5. Memvisualkan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah.

Core adalah inti atau pusat dari cluster tersebut berkembang, yakni para changemoker. Menurut Jordan E. Ayan dalam bukunya tentang bengkel kreativitas, salah satu cara untuk menjadi kreatif adalah dengan CORE, yaitu:
1. C Cari tahu = Selalu bertanya dan mencari jalan keluar atas sebuah permasalahan.
2. 0 Olah keterbukaan = Bersikap terbuka pada hal-hal baru.
3. R Risiko = Berani melawan arus.
4. E Energi = Terus bersemangat.

Cluster ibarat puzzle, terdiri atas banyak kepingan-kepingan. Setelah kepingan-kepingan tersebut terlihat/terbentuk utuh menjadi satu kesatuan barulah akan terlihat suatu hal yang bermanfaat dan baru. Core cluster dimulai dari satu kepingan pertama dan harus terus mendapat kepingan-kepingan berikutnya agar bisa tersusun rapi. Peran core cluster ada di tangan setiap individu (khususnya yang kreatif/berpikiran luas tanpa batas), sebagai penggerak, dan tidak akan berjalan dengan maksimal jika tidak didukung oleh penggerak lainnya.

Setiap elemen akan menutupi lubang dan menjadi rangkaian yang utuh dalam bentuk visi dan misi yang sama. Itulah sebabnya core cluster harus diisi oleh orang yang kompetitif, seorang Creative players

yang bisa membawa perubahan. Namun ingat, sekali lagi tujuan dari cluster tersebut memberikan pengaruh pada peningkatan produktivitas setiap orang yang berada dalam cluster tersebut.

Cluster mendorong adanya arah yang jelas dan inovatif serta menciptakan stimulus untuk mencapai formasi baru yang pada gilirannya akan memperkuat cluster itu sendiri. Itulah sebabnya, cluster bukan sekadar komunal biasa, tetapi extraordinary project. Cluster bisa lahir di mana pun dan kapan pun. Kemunculan cluster bisa timbul dalam lingkungan kantor, kelompok belajar, bahkan dalam komunitas terbatas.
Selama visi terbentuknya cluster tersebut tepat, setiap cluster merupakan simpul yang bisa berkorelasi lewat jaringan. Setiap simpul adalah core, dan itulah individu (Anda sekalian). Core harus diisi oleh orang kreatif. Let's open yourself and put in creativeness.

Proses berpikir dapat dimulai dari proses yang paling dasar. Diawali dari cluster tunggal dan dipecah ke dalam kelompok-kelompok turunan dengan menciptakan reaksi rantai kreativitas. Hal ini seperti membuat peta pikiran yang bisa menghasilkan keuntungan-keuntungan, seperti:

1. Terciptanya hubungan antargagasan.
2. Mengembangkan gagasan.
3. Menelusuri jalur dalam pikiran setiap individu untuk menemukan konsep tertentu.

Maka ketika semua keping puzzle tersusun, saat itulah sebuah konsep terlihat. Marilah kita mencobanya sebagai contoh untuk memudahkan pemahaman dari sebuah konsep cluster. Ide awalnya atau core cluster-nya adalah bentuk lingkaran. Rangkaian simpul yang membentuk cluster, dimulai dari lingkaran (core) kemudian selanjutnya terbentuk menjadi sebuah istana. Caranya harus dengan memperhatikan proses dari hulu ke hilir.
Copyright © Buek Video. All rights reserved.